TAFSIR MAQASHIDI IBNU ‘ASYUR: MENELUSURI TUJUAN ILAHIAH MELALUI PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR'AN
Penulis:
Dr. Zaenatul Hakamah, Lc., MA.Hum.
Dr. Dhiya Atul Millah, Lc, M.Th.I
Deddi Fasmadhy Satiadharmanto, S.AP, M.AP
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup, tetapi juga sebagai wahyu yang penuh makna dan hikmah. Dalam penyampaiannya, Al-Qur’an menggunakan berbagai gaya retorika, salah satunya adalah perumpamaan (mathal) . Penggunaan perumpamaan ini bertujuan untuk menyampaikan pesan moral, spiritual, dan hukum dengan cara yang mudah dipahami oleh manusia di setiap zaman dan tempat.
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya yang berbentuk perumpamaan, dibutuhkan pendekatan tafsir yang tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga mendalam dan kontekstual. Salah satu metode tafsir yang mampu mengungkap makna dan maksud yang lebih luas adalah tafsir maqashidi , yaitu pendekatan tafsir yang menitikberatkan pada tujuan-tujuan Ilahiah di balik turunnya wahyu.
Salah satu tokoh penting dalam pengembangan tafsir maqashidi adalah Syaikh Muhammad al-Thahir Ibn ‘Asyur , seorang ulama Tunisia abad ke-20 yang terkenal dengan karyanya al-Tahrir wa al-Tanwir . Dalam tafsirnya, Ibnu ‘Asyur secara konsisten mengeksplorasi maksud universal dari ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk dalam memahami perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalamnya.
Menurut Ibnu ‘Asyur, perumpamaan bukan hanya sekadar bentuk retorika biasa, tetapi merupakan sarana pendidikan moral dan spiritual yang efektif. Ia melihat bahwa setiap mathal dalam Al-Qur’an memiliki dimensi maqashidi — yakni mengandung nilai-nilai luhur, tujuan penciptaan, serta hikmah yang ingin disampaikan kepada umat manusia. Misalnya, perumpamaan tentang cahaya Allah dalam Surah An-Nur atau perumpamaan orang-orang munafik dalam Surah Al-Baqarah, semuanya mengandung pelajaran yang mendalam tentang keimanan, ketakwaan, dan konsekuensi dari perbuatan manusia.
Melalui pendekatan maqashidi, Ibnu ‘Asyur membantu pembaca untuk tidak hanya memahami makna literal dari perumpamaan, tetapi juga menelusuri tujuan-tujuan Ilahiah yang menjadi esensi dari wahyu tersebut. Hal ini sangat relevan dalam konteks modern saat ini, di mana pemahaman Al-Qur’an harus mampu menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.
Sebagai penutup, tafsir maqashidi Ibnu ‘Asyur memberikan perspektif yang kaya dan mendalam dalam memahami Al-Qur’an, khususnya dalam hal perumpamaan. Pendekatan ini mengajarkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya menyampaikan aturan hukum, tetapi juga visi luhur tentang kehidupan, kemanusiaan, dan hubungan manusia dengan Sang Khalik.